Mereguk Persaudaraan Debu Tanah

IMG 20250303 WA0007

“Prapaskah datang dengan penuh perhatian untuk membangunkan kembali kita, untuk melepaskan kita dari kelesuan kita” (Paus Fransiskus)

Oleh Pater Kons Beo, SVD

Bacaan Lainnya

Kita segera memasuki Masa Puasa, Masa Prapaskah.
Sebentar lagi, atau mungkin sudah, masing-masing kita ditandai dengan ‘Penerimaan Abu.’
Telah disiapkan Abu untuk kita semua. Abu itu diambil dari pembakaran daun Palma dari Tahun Liturgi sebelumnya.

Debu itu tak hanya berkisah tentang penciptaan manusia dari debu tanah. Tapi debu tanah miliki arti liturgis dan spiritual yang kaya dan mendalam.

Sejarah Penerimaan dalam Gereja berangkat dari kisah seruan Yunus kepada Niniwe pada lima abad sebelum Tahun Masehi. Saat itu, Raja, para bangsawan, rakyat Ninive harus kembali pada Tuhan. Bahkan hewan-hewan pun harus berpuasa (Yunus 3: 1 – 10).

Kitab Nabi Yunus bercerita tentang titah Raja, setelah ia turun dari takhta, tanggalkan jubahnya, diselubungkan tubuhnya dengan kain kabung, dan raja duduk di abu. “Manusia dan ternak, lembu, sapi dan kambing domba….Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya” (cf Yunus 3:7.8).

Pos terkait