Keangkuhan Rohani

IMG 20241231 WA0018 1

Oleh Pater John Naben, SVD

Ada dua kesempatan di mana orang berpakaian pantas atau berpakaian pesta, yakni: pada hari Minggu (dan tentu juga pada Hari Raya atau pesta Gereja lainnya) dan kesempatan yang lainnya ialah waktu kita pergi ke pesta, misalnya pesta pernikahan atau pesta rakyat lainnya. Suasana pesta juga ditentukan bagaimana orang berpakaian atau berpenampilan.

Bacaan Lainnya
Scroll kebawah untuk lihat konten
Ingin Punya Website? Klik Disini!!!

Memang sudah sepantas atau sewajarnya kita berpakaian yang baik. Biar sederhana namun layak untuk menghadiri sebuah pesta atau hajatan. Terlebih untuk pergi ke Gereja, pakaian yang kita pakai hendaknya mengungkapkan sikap batin kita. Tuhan melihat hati orang yang datang misa bukan pakaian. Sikap batin itu, lebih penting dari penampilan lahiriah kita. Ini yang kita dengar dalam kisah Lukas 18:9-14. Dikisahkan bahwa ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; seorang farisi dan seorang pemungut cukai.

Oleh masyarakat Yahudi, orang farisi dianggap sebagai orang yang saleh karena mereka hidup menurut Hukum Taurat dalam kehidupan sehari-hari. Dan mereka juga menganggap diri lebih baik dari masyarakat Yahudi lainnya.

Orang farisi ini masuk ke dalam Bait Allah bukan untuk berdoa melainkan untuk memuji diri di hadapan Allah. Dalam doanya, dia berkata: ‘Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain. Bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu dan aku memberi derma sepersepuluh dari segala penghasilanku’ (bdk. Luk. 18:11-12).

Pos terkait