Oleh Pater John Naben, SVD
Pada Hari Pentekosta, orang banyak yang terkesan dengan kotbah Petrus dan rasul-rasul, lalu mereka bertanya: Apakah yang harus kami perbuat saudara-saudara? Jawab Petrus: Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosa (bdk. Kis. 2:37-38).
Pada awal pewartaan-Nya, Yesus berkata; ‘Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil’ (bdk. Mat. 3:2; 4:17; Mrk. 1:15). Dengan demikian, pertobatan adalah pokok pewartaan Yesus dan para rasul, sebagai persyaratan dasar untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Masa kini, rupanya orang mulai kurang sadar akan dosa. Pada hal dosa itu harus dibayar dengan sesuatu yang sangat mahal harganya, yang tidak sebanding dengan apapun di dunia ini. Sebab dosa itu harus dibayar dengan darah Yesus sendiri. ‘Inilah darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal yang ditumpahkan bagimu dan bagi banyak orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini, sebagai kenangan akan Daku’ (bdk. Bagian Epiklesis; kata-kata institusi dan konsekrasi Doa Syukur Agung; dalam Tata Perayaan Ekaristi).
Kesadaraan ini hendaknya mendorong setiap kita, kepada pertobatan yang sejati. Pertobatan tidak hanya sebatas rasa sesal akan dosa. Lebih dari pada itu, pertobatan adalah satu pembalikan hidup; lawan arus; banting stir; berubah dari yang tidak biasa; dari kefanaan kepada kekudusan; dari sesuatu yang salah kepada sesuatu yang baik. Dalam arti ini: tidak berbuat lagi; tentunya dari kesalahan dan kebiasaan yang salah atau yang tidak baik menuju sesuatu yang benar, yang memerdekakan secara rohaniah.