Oleh Yosef Kolo, S.S
Di balik kelamnya tabir kegelapan, selalu ada cahaya yang merekah. Seperti malam yang pasrah pada fajar di pagi hari, seperti amarah dan kegelisahan yang kalah dengan merekahnya senyuman yang memancarkan kegembiraan dan kebahagiaan, seperti rahasia yang merindukan keterbukaan.
Bangsa kita Indonesia ini pernah dibangun dari bayang-bayang kebenaran informasi publik yang disembunyikan atau dikubur dalam-dalam di balik tirani kekuasaan. Kegelapan dalam segala wujudnya adalah ruang di mana kekuasaan tumbuh subur, di mana ketidakadilan bersembunyi di balik kata “rahasia” para pemangku kepentingan penyelenggaraan negara dan pemerintahan.
Tapi bukankah sejarah kebangsaan telah membuktikan bahwa gelap itu takkan abadi? Gelap malam kelam itu hanyalah jeda sebelum terang fajar datang memeluk bumi.
Ada suatu masa ketika pengetahuan adalah milik segelintir orang, ketika dokumen-dokumen publik tersimpan rapat dalam lemari besi para penguasa republik tercinta ini dari level yang paling elit hingga level paling rendah di pelosok dusun yang secara sadar membungkam hasrat ingin tahu dan ingin mengontrol transparansi publik yang diselimuti bayang – bayang rasa takut, cemas dan gelisah. Setiap data dan informasi publik yang disembunyikan itu adalah tabir kegelapan yang berevolusi menjadi tembok dan jurang pemisah antara rakyat dan haknya, antara kebenaran dan kepalsuan struktural para elit bangsa.