Oleh Pater Kons Beo SVD
Ternyata, kawan…
Bukan perkara jumlah sebanyak itu yang diperhitungkan. Tuhan menyasar seluruh diri kita yang:
– Percaya
– Penuh yakin
– Berharap sungguh
– Berserah
– Yang tak berpaling
Kawan ku….
Dari Tuhan selalu ada ‘keutuhan, kesembuhan dan keselamatan.’ Yang sungguh dirindui perempuan Siro-Fenesia itu. Demi pembebasan anaknya yang dikuasai roh jahat.
Dan, kawan ku ….
Demi semuanya itu, ia tak peduli jika mesti tetap dipandang sebagai orang asing. Atau pun ditatap tajam sebagai kelompok ‘anjing dan remah-remah roti.’ Terbilang sebatas ‘kaum kaki meja.’ Namun, di atas semuanya, tak pernah padam harapan dan keberserahan diri darinya di dalam Tuhan.
Kawan ku…
Kuanggap, dan bahkan kuyakin dirimu dan tampilan dirimu terbilang dari kaum seputaran ‘meja penuh hidangan berkat dan mewah dengan segala ungkapan kesalehan.’
Dari citra kesalehanmu yang teruji, dari ‘kemewahanmu dalam berjumpa Tuhan’ aku hanya tetap berharap ‘semoga dijatuhkanlah pula remah-remah doa dan harapanmu buatku, buat siapa pun, buat orang-orang dari golongan ‘bawah lantai dan kaki meja.’