Oleh P. Kons Beo, SVD
“Jika kita menabur kata-kata di sekeliling kita tanpa memperhatikan makna dan kebenarannya, maka secara harafiah kita dapat membunuh orang lain…” (Radcliffe – ‘What is the Point of Being a Christian, 2005)
Meretas Info
Ini bukan rasa cemburu. Namun bukanlah pula rasa kagum. Entah seperti apa sebenarnya rasa di hati, dan isi pikiran di kepala. Siniar “Bocor Alus Tempo” sudah ternilai piawai. Gesit memburu info. Lima sekawan Egy Adyatama, Francisca Christy Rosana, Husein Abri Donggoran, Raymundus Rikang, dan Stefanus Pramono sepertinya sudah tembusi rawa-rawa dan rimba raya sosial politik tanah air. Dan ini sungguh sudah bikin pemirsa jadi melongo. Dan memburunya ramai! Untuk disimak sejadinya.
Ada misi yang tak main sembunyi-sembunyi lagi. “Menyajikan diskusi politik yang informatif, tajam dan menarik.” Ringkas sederhananya begini: Lima sekawan itu, setelah kembali dari pengembaraan, iya jarahan pun dibawanya serta. Lalu digagaskan satu tema dalam bincang-bincang politik. Dan terciptalah satu suasana dialog ringan. Penuh jenaka tanpa beban. Namun sebenarnya isinya berat memang. Apalagi jika mesti bersentuhan, bersenggolan atau apalagi berbenturan dengan ‘tembok tebal kekuasaan.’ Sebab taruhan risikonya bisa saja tak main-main. Tak mungkin, misalnya, bahwa crew Bocor Alus ini bebas teror dan intimidasi.