Oleh Pater Kons Beo, SVD
“Ingatlah bahwa apa yang benar tidaklah selalu populer, dan apa yang populer tidaklah selamanya benar…” (H. Jackson Brown, Jr)
Mutiara Terpendam
Biarpun terlihat, dan memang itu nyatanya, kita banyak bicara, sepatutnya ada hal yang tak boleh begitu saja kita perdengarkan! Ini tidak ada hubungannya dengan ‘soal yang kasuistik, problematik dan personal.’ Bukan itu! Di ziarah hidup ini ada sekian banyak hal indah yang kita jaring. Bernilai amat mahal bagai ‘mutiara terpendam.’
Tidakkah bahwa ‘mutiara indah’ itu diraih dalam perjuangan? Bahwa semuanya telah lewati sekian banyak etape, kisah dan varian pengalaman untuk tiba pada satu keyakinan dasar. Inilah yang disebut pula sebagai saripati nilai.
Keyakinan dasar itu sesungguhnya adalah juga buah dari doa dan keheningan, serta terutama dari satu proses disermen (pemindaian). Apa yang disebut ‘mutiara indah’ itulah pilar dasar untuk karakter diri. Mungkinkah sekian mudah kita biarkan mutiara indah itu terhempas dan tercecer begitu saja? Apalagi kita ‘hambur-hamburkan begitu ke kawanan babi, yang bakal dinjak-injaknya, dan bahkan balik menyerangmu (cf Matius 7:6)? Pasti tidak!
Tabernakel Personal
Maka tetaplah pada keyakinan itu. “Tidak semua hal mesti diungkapkan.” Sepatutnya dipelihara dalam diri sendiri butir-butir nilai kehidupan. Dan pada titiknya, biarlah diri sendiri terkontemplasi sebagai ‘tabernakel personal.’
Memang, terdapat godaan besar untuk berkisah tentang pengalaman hidup pribadi. Tentang Siapa kah Allah yang diimani dan pengalaman bersama Allah itu. Bagaimana pun, sudahlah! Biarkanlah kita merawat dan menyimpan semuanya dalam sunyi.






